Showing posts with label Budidaya Lele. Show all posts
Showing posts with label Budidaya Lele. Show all posts

Budidaya lele di kolam terpal


Saat ini budidaya lele sangkuriang sudah banyak digemari di kalangan masyarakat Indonesia  Umumnya dan juga sudah berkembang kemana-mana. Namun tidak ada salahnya membagi sedikit artikel sebagai pengetahuan bagi pembaca  dan juga bagi anda yang tertarik membudidayakan lele. Lele sangkuriang merupakan lele dumbo strain yang dihasilkan dari rekayasa genetik oleh BBAT sukabumi dalam upaya perbaikan mutu lele. Lele sangkuriang memiliki rasa yang lebih enak dan gurih serta didukung pula dengan pertumbuhannya yang cepat. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau jawa yang kemudian merambah ke sumatra. 

Budidaya lele dapat berkembang pesat di karenakan beberapa hal, antara lain :
  • Dapat dibudidayakan dilahan dan sumber air yang terbatas dengan padat lebar dan tinggi.
  • Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat
  • Pemasarannya relatif lebih mudah
  • Dan modal usaha yang dibutuhkan juga relativ rendah
Kolam terpal merupakan kolam yang dasar dan sisinya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton. Pembuatan kolam ini adalah jenis kolam terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal di pres sehingga tidak menyebabkan terjadinya kebocoran. Salah satu keunggulan dari budidaya ikan lele di kolam terpal adalah murah biaya dan praktis. Sebenarnya kolam yang paling bagus untuk budidaya ikan lele adalah kolam tanah namun jika anda tidak mempunyai lahan yang cukup dan cocok, maka kolam terpal menjadi alternatif lain. Dan berikut adalah keunggulan menggunakan kolam terpal :
  • Terhindar dari pemangsaan ikan liar
  • Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat serta memudahkan anda untuk pergantian air ataupun saat panen.
  • Dapat dijadikan peluang usaha mikro dan makro
  • Lele yang dihasilkan lebih berkualitas (lele tampak bersih, tidak berbau).
  • Dapat diterapkan dilahan terbatas.
  • Dapat diterapkan di tanah yang menyerap air.
  • Biaya investasi murah
  • Pembuatannya praktis
  • Ikan lele yang dibudidayakan di kolam terpal jarang diserang penyakit
  • Kelangsungan hidup ikan lele yang berada di kolam terpal lebih tinggi (mencapai 95%)


Langkah-langkah pembuatan kolam terpal adalah sebagai berikut :
  • Usahakan lahan yang sedikit rendang namun jangan langsung di bawah pohon
  • Terpal ukuran 6x8 meter (A3) dan saat pemasangan sebaiknya ukuran terpal agak dilebihkan.
  • Tanah digali dengan kedalaman lebih kurang 70 cm dan lebar 4x6 M2 untuk menempatkan posisi terpal.
  • Memagari keliling kolam untuk menghindari ancaman dari luar.
  • Sebaiknya di bibir kolam di pasang karung dan mengisi tanah di sekeliling kolam agar menguatkan posisi terpal.


Peralatan penunjang

Beberapa jenis alat yang diperlukan yaitu timbangan, alat tangkap, ember. Alat-alat tersebut digunakan untuk memanen ikan.
Persiapan kolam
Sebelum menggunakan, sebaiknya kolam dipupuk terlebih dahulu dengan maksud untuk menumbuhkan plankton nabati dan hewani yang merupakan makanan elami benih ikan lele. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 16kg untuk kolam yang berukuran 4x6 M2. Tahapan pemupukan adalah dengan mengisi air setinggi 3-5 cm dan dibiarkan selama satu minggu hingga warna air kolam berubah menjadi warna coklat yang menunjukkan mulai banyaknya jasad-jasad renik sebagai makanan lele dan air di tambah secara bertahap hingga minggu kedua sebelum benih lele ditebar.

Penebaran Benih
sebelum benih ditebar, sebaiknya benih dibersihkan dulu dengan merendamnya ke dalam larutan KMNO4 atau PK (dosis 35g/m2) selama 24 jam atau bisa juga dengan formalin selama 5-10 menit (dosis 25 mg/l).
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pad pagi atau sore hari karena pada kedua waktu tersebut nilai suhu air pada permukaan dan dasar kolam tidak terlalu besar. Hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari secara langsung. Air dalam kolam pun hendaknya disesuaikan dengan ukuran benih.

Pemberian pakan
Pada dasarnya, lele sangkuriang merupakan ikan yang bersifat omnivora. Makanannya bisa berupa makanan alami yang diperoleh di sekitar kolam tempat lele tersebut tinggal. Pemberian makanan pellet bisa diberikan jika tidak mau repot mencari makanan alami. Budidaya lele sangkuriang dalam jumlah besar akan lebih mudah memberikan makanan seperti tellet di atas dan jumalah makanannya sebanyak 2-5% perhari dari berat ikan yang ditebarkan di kolam. Cara mengetahui berat lele tersebut yaitu dengan cara mengambil beberapa lele untuk dijadikan sampel dan kemudian menimbangnya. Untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pemberian pakan, makanan dapat dicampurkan dengan prebiotik. Frequensi pemberian pakan mencapai 3-4 kali setiap harinya. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung,cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1.
Pemberian pakan buatan diberikan sejak benih berukuran 2 minggu berupa bentuk serbuk halus. Dan kemudian digunakan pelet berukuran diameter 1 mm dan kemudian pelet diameter 2 mm sesuai umur lele tersebut. Hal ini dimaksud agar pelet dapat dicerna lebih baik oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran lele selama pertumbuhan.

Hama dan Penyakit Lele
Hama pada lele adlah binatang tingkat tinggi yang langsung bisa mengganggu kehiduoan lele. Beberapa contoh hama yang sering menyerang lele di alam bebas antara lain berang-berang, ular, katak, burung, musang dan lain-lain. Sedangkan penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur dan protozoa yang berukuran kecil.

Jenis hama/penyakit

Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Gejala lele yang terkena bakteri ini yaitu warna tubuh lele menjadi gelap,kulit kesap dan timbul pendarahan dan lele bernafas megap-megap dipermukaan air. Dan cara mencegahnya yaitu dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih termasuk kualitas air yang harus bersih.

Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum
Gejala yang disebabkan akibat terkena bakteri ini adalah tubuh lele berwarna gelap, perut bengkak, berdiri dipermukaan air dan berputar-putar dan juga ada bintik putih disekitar mulut dan sirip.

Penyakit karena jamur
Gejalanya yaitu ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, menyerang daerah insang, sirip da juga tubuh lainnya.

Penyakit cacing trimatoda
Gejalanya yang disebabkan terhadap ikan lele yaitu mengakibakan luka-luka pada pada insang dan timbul pendarahan sehingga menggangu pernafasan.

Pakan Lele


Pemeliharaan lele di kolam semen atau kolam terpal/plastiktentu tidak memerlukan pemupukan karena tidak efektif. Oleh karena itu, lele yang dipelihara di kolam semen harus diberi pakan.

1. Pemberian pakan

Pakan leledapat berupa bahan sisa-sisa atau limbah pertanian, misalnya dedah bungkil kacang, sisa-sisa isi perut ikan atau ternak yang disembelih, dan sebagainya. Lele juga dapat diberi bekicot (keong racun), atau keong sawah yang dikumpulkan dari lahan di sekitarnya. Di daerah perkotaan, bahan-bahan pakan tersebut sulit diperoleh sehingga perlu digunakan pakan berupa pelet khusus untuk pakan ikan. Dosis pelet pada umumnya 3-5o/o berat badan seluruh lele yang dipelihara di kolam. Agar pertumbuhannya bai( seminggu sekali berat badan lele harus selalu dikontrol. Caranya, diambil sebanyak 10 ekor contoh lele dari sebidang kolam, lalu ditimbang. Berat totalnya dibagi dengan 10 sehingga diperoleh berat rata-rata per ekor. Jumlah seluruh ikan lele yang dipelihara (ditebarkan) di kolam tentu telah diketahui pada saat menebarkannya. Sebagai contoh, pada awalnya lele yang ditebarkan di satu kolam sebanyak 500 ekor dengan berat badan rata-rata 30 g/ekor. Dengan demikian, berat totalnya 500 x 30 g = 15.000 g atau 15 kg. 

Oleh karena itu, pelet yang harus diberikan adalah 50lo x 15.000 9 =750 g (7,5 ons) per hari. Pelet sebanyak itu ditimbang pada pagi hari kemudian disimpan di sebuah wadah atau kantung kemudian diberikan kepada ikan dengan cara ditebarkan di kolam lele dengan frekuensi 3 kali sehari. Pada pagi dan siang hari, nafsu makan lele biasanya agak kurang. Lele lebih bernafsu makan pada sore dan malam hari. Oleh karena itu, sebagian besar pakan sebaiknya diberikan pada sore dan malam hari. Seminggu kemudian, lele diambil contohnya lagi sebanyak 10 ekor, ditimbang seperticara tersebut untuk mengetahui beratnya sekarang. Berat total juga dapat diperhitungkan karena umumnya lele yang dipelihara di kolam semen tidak ada yang mati, kecuali kalau terkena penyakit. Kalaupun ada yang mati tentu pemilik mengetahuijumlahnya karena pengontrolan selalu dilakukan setiap saat. Dengan demikian, dosis pakan dapat diubah segera sesuai dengan berat lele yang masih terdapat di dalam kolam. Perlu diketahui bahwa lele cenderung rakus dan mau memakan pelet setiap kalidiberikan. Dalam sehari, lele dapat menghabiskan pelet lebih dari 57% berat badannya. Meskipun demikian, sebaiknya lele tidak diberi pakan berlebihan dari ketentuan sebab akan merugikan. Pertimbangannya, harga pelet mahal dan lele tidak mau lebih cepat tumbuhnya meskipun diberi pakan banyak. 

Ketentuan dosis pakan sudah didasarkan pada hasil penelitian para ahli, yaitu semakin kecil ukuran benih lele maka persentase pakan harus lebih banyak. Perkiraannya adalah demikian.


  1. Benih ukuran burayak yang baru menetas, dosis pakan per hari adalah 50% berat badannya.
  2. Benih berukuran 3-4 cm, dosis pakan per hari adalah 2Oo/o dan semakin berkurang menjadi '100% berat badannya.
  3. Benih berukuran 6-8 cm, berat badan 30 g/ekor, dosis pakan per hari adalah 5olo berat badannya.
  4. Benih berukuran berat 50 g per ekor atau lebih, dosis pakan per hari adalah 370 berat badannya.


Sangat disarankan, petani cermat dan rajin mengecek berat badan lele yang dipeliharanya seminggu sekali. Dengan demikian, penentuan dosis pakan dapat dilakukan secara tepat dan tidak merugikan atau boros. Pembesaran lele dari benih uku ran 30 g hingga ukuran konsumsi (berat 100 g atau lebih) dianggap paling cepat dibandingkan dengan pembesaran dari benih yang lebih kecil. Dalam waktu 2 bulan (60 hari), pembesaran lele dari ukuran 30 g per ekor dapat mencapai berat 100 g per ekor dengan kecepatan (laju) pertumbuhan 10-1 5olo berat badan per minggu. Banyaknya pakan yang dimakan yang selanjutnya berpengaruh pada pertambahan daging lele disebut angka konversi dari pakan tersebut. Berdasarkan pengalaman, pada pemeliharaan lele konsumsidi kolam semen yang diberi pakan berupa pelet dapat diihasilkan angka derajat konversi 2:1, artinya 2 kg pakan yang diberikan akan menampakkan pertambahan berat I kg daging lele. Angka konversi itu ditentukan oleh sifat lele dalam menyerap pakan secara efisien dan kualitas gizi pakan yang diberikan. Pakan dengan kadar protein 30%, konversinya makin baikdibandingkan dengan pakan yang mengandung kadar protein 23%. Pertumbuhan lele juga lebih cepat jika diberikan pakan berprotein 30% daripada diberikan pakan dengan kadar protein 20%. Sifat efisiensi penggunaan pakan tersebut berlainan untuk berbagai ukuran lele. Efisiensi pakan pada lele ukuran benih berbeda dengan efisiensi pakan pada lele ukuran konsumsi.

Pembuatan pakan

Alternatif pemecahan masalah pakan untuk pemeliharaan lele di kolam semen adalah dengan membuat sendiri pakan tersebut. Berikut diberikan resep pembuatan pakan.
a. Resep 1
Resep ini menghasilkan pakan dengan kadar protein 39o/o (menurut Ningrum da n Djajadire dja, 1 982).

Bahan

  • Tepung ikan 57%
  • Tepung terigu 10%
  • Tepung beras 13%
  • Tepung jagung 10%
  • Tepung darah 5%
  • Vitamin-mineralmix  2%
  • Minyak ikan  3%
  • Jumlah 100%

Cara membuat


  • Bahan dicampur dan diberi air secukupnya.
  • Campuran tersebut direbus/dipanaskan sambil diaduk hingga menjadi bubur yang sangat kental atau dapat dikepal bila telah dingin.
  • Bubur tersebut didinginkan lalu dicetak dengan penggilingan daging sehingga berbentuk seperti mi yang segera patah-patah menjadi pecahan kecil-kecil (pelet). Pelet basah tersebut diangin-anginkan sebentar supaya tidak lembek dan siap diberikan kepada lele di kolam. Kalau sinar matahari terik, pelet dapat dijemur sampai kering agar dapat disimpan agak lama.

Pakan dengan kadar protein 38olo tersebut cukup baik untuk pertumbuhan lele. Faktor konversipakan 1 :1,5 artinya 1,5 kg pakan meng- hasilkan 1 kg lele. Pelet yang agak basah tersebut tidak dapat disimpan lama karena akan berjamur. Oleh karena itu, pembuatan pelet sebaiknya seperlunya saja, cukup untuk 1-2 hari.

b. Resep 2

Apabila bahan-bahan dalam resep 1 sulit diperoleh maka alternatif resep (menurut pengalaman penulis) dan ternyata baik untuk pertumbuhan lele adalah sebagai berikut.

Bahan

  • Tepung ikan (kering) : 500 g
  • Ampas tahu (basah) : 500 g
  • Tepung tapioka : 100 g
  • Vitamin-mineral mix (kalau ada) : 10 g

Cara membuat

  • Tapioka dibuat bubur sangat encer dengan air 1 liter (dipanaskan).
  • Tepung ikan, ampas tahu, dan vitamin-mineral mix diaduk kemudian dituangi bubur encer tapioka yang sudah dingin. Campuran itu diremas-remas hingga terbentuk adonan kental seperti getuk atau adonan kue yang dapat dikepal-kepal.
  • Kepalan adonan digiling dengan penggiling daging untuk mencetaknya menjadi pelet (potongan-potongan mi).
  • Pelet ini masih lembap sehingga perlu diangin-anginkan dan dijemur.

Bila dapat kering dalam sehari, dapat disimpan beberapa hari. Bila tidak ada matahari yang terik mungkin tidak dapat kering sehingga mudah berjamur.
Pelet basah dapat langsung diberikan kepada ikan lele dengan dosis per hari 5-10o/o berat ikan yang dipelihara. Bila pelet kering, dosisnya 3-5% berat ikan per hari. Pelet yang dijual di pasaran sering kali kadar proteinnya rendah, tidak sesuai dengan mutu yang tercantum pada karungnya. Oleh karena itu, sering kali lele tidak tumbuh baik walaupun telah diberi pakan lebih dari7% berat lele. Apabila kadar protein pelet relatif rendah maka lele perlu diberi pakan tambahan berupa cacahan daging bekicot atau keong sawah/keong
mas agar tumbuh pesat dan cepat gemuk.

Pola Pemeliharaan Lele


Penggunaan kolam pekarangan untuk lele disesuaikan dengan tujuannya. Dengan demikian, ukuran benih yang ditebarkan ke dalam kolam inijuga berlainan sesuai dengan tujuan pemeliharaan.

1. Pendederan benih tahap I

Pada kegiatan ini, benih yang ditebarkan masih amat kecil, yaitu umur 2 minggu sejak menetas. Kepadatan penebaran dapat mencapai 50 ekor/ m2. Lama pendederan umumnya I bulan dan akan dihasilkan benih rere
berukuran panjang 5-6 cm. Benih ukuran ini sudah dapat dijual.

2. Pendederan benih tahap ll

Benih yang akan ditebarkan pada kegiatan ini berukuran panjang 5-6 cm dengan kepadatan 20-25 ekor per m2. setelah dipelihara selama 1 bulan, lele menjadi berukuran 5-8 cm dengan berat kira-kira 20 g per ekor.
Benih dengan ukuran ini disebut "gelondongan sedang".

3. Pedederan tahap lll

Benih yang ditebarkan berukuran 5-g cm. Waktu pemeliharaan selama 1 bulan. Hasilnya berupa benih dengan berat 40-50 g/ekor dan panjangnya 10-12 cm. Benih yang sudah besar ini disebut,,gelondongan
besar". Biasanya dalam pemeliharaan selanjutnya kepadatan dikurangi menjadi 10 ekor/m2 saja. sebagian benih dipelihara di kolam lain atau dijual sebagai benih gelondongan besar yang ukurannya sudah 50 g per ekor.

4. Pembesaran

Benih yang ditebarkan dalam kegiatan ini telah berukuran berat 50 g/ekor dengan kepadatan 10 ekor/m2. pemeliharaan dalam pembesaran ini dilakukan selama 45 hari sampai 2 bulan. pada umur ini, rere sudah dapat mencapai ukuran yang pantas untuk dihidangkan, yaitu seberat 100-125 g per ekor atau 8-10 ekor per kilogram.

Pengelolaan Burayak


Bila lele dumbo telah memijah (bertelur) di dalam bak pemijahan maka keesokan harinya kakaban yang tampak telah penuh dilekati telur dipindahkan ke dalam bak pendederan yang telah disiapkan 2 hari sebelumnya. Setelah 30-40 jam, telur akan menetas di dalam bak pendederan ini. Kalau telah tampak burayak menetas semua (keesokan harinya), kakaban dapat dikeluarkan dari dalam bak pendederan itu. Kakaban segera dicuci, dijemur, lalu disimpan agar dapat digunakan lagi. Benih lele yang baru menetas (burayak) sampai umur 2 haritidak perlu diberi pakan. Hal ini karena burayak tersebut masih belum dapat makan dan hanya menyerap zatgizi dari kuning telurnya sendiri. pada hari ketiga mulai diberikan serbuk halus, yaitu pelet pakan ikan yang ditumbuk atau dihaluskan dengan blender.


Dosis pakan untuk burayak ini diberikan sedikit-sedikit saja, cukup 2 sendok makan sekali pemberian. Cara memberikannya tidak ditaburkan merata, melainkan pakan berupa tepung tersebut dibasahi dengan sedikir air agar menggumpal dan dapat tenggelam, lalu dionggokkan sedikit demi sedikit di bebebrapa tempat sehingga dapat diamati ketika burayak lele bergerombol memakan serbuk pakan tersebut. Apabila burayak ini tampak bernafsu untuk makan, berarti masih belum kenyang sehingga perlu ditambahkan lagi pakan sampai dalam waktu sekitar 5 menit burayak makan. setelah itu, pemberian pakan tersebut sebaiknya dihentikan. Pada tengah hari dan sore hari, pakan diberikan lagi. Jadi, sehari diberi pakan 3 kali. Di dalam air kolam tentu banyak  ditumbuhi binatang renik semacam rotifera dan protozoa yang cocok untuk pakan burayak. Burayak yang telah berumur 3 hari mulaidiberi pakan berupa kutu air (Daphnia atau Moina) dan cacing sutera. 

Pakan ini dapat dibeli dari pengumpul kutu air dari selokan atau danau-danau kecil di sekitar kampung. Pemeliharaan burayak di kolam pendederan biasanya berlangsung selama 12-15 hari saja. selama selang waktu itu biasanya air tidak perlu diganti, cukup ditambah saja bila terjadi banyak penguapan. Murai umur 12 hari, burayak lele sudah dapat dijual atau dipindahkan ke kolam pendederan yang lebih besar agar pertumbuhannya lebih cepat. Bila pemeliharaan berhasil dengan baik dari seekor induk lele betina yang beratnya 1 kg dapat dihasilkan 40.000-60.000 ekor burayak umur 12-14 hari. Dari pemeliharaan di pendederan selama 12-14, diperoleh benih lele ukuran 2-3 cm. Benih kecil ini sudah dapat dipindahkan untuk diperihara lebih lanjut di kolam atau sawah atau sudah dapat dijual.

Pemeliharaan Lele di Kolam Perkarangan



Pekarangan dapat digunakan untuk memelihara lele. Selain dekat dengan tempat tinggal, lokasi tersebut relatif aman serta mudah diawasi, dijaga, dan dikelola. Di kolam pekarangan dapat dilakukan kegiatan pembenihan, yaitu pemeliharaan induk lele disusul dengan pendederan burayak hingga menghasilkan benih siap jual yang berumur 1 bulan. Bahkan dikolam ini juga dapat dilanjutkan dengan pemeliharaan lele hingga ukuran lebih besar, asalkan luas dan kedalaman kolam memenuhi syarat. Di daerah perkotaan, kolam pekarangan dibuat dengan bata dan semen, seperti kolam hias atau kolam taman. walaupun maksudnya untuk keindahan, tetapi dapat juga dipergunakan untuk memelihara lele. 


Hasilnya pun tentu lumayan karena lele tahan dipelihara dengan kepadatan yang cukup tinggi, yaitu 7-10 ekor per m2. Luas kolam disesuaikan dengan luas lahan. Ukuran kolam pekarangan dapat sangat kecil (hanya 1 m'? hingga 2 m'1 saja) atau dapat juga seluas 100 m2 sampai 200 m2. Biasanya kolam yang berukuran kecil, misalnya 2 m x 3 m sampai 3 m x 5 m, lebih baik karena penggunaan air dapat dihemat. Kedalaman kolam untuk pembesaran maupun untuk pemeliharaan induk lele cukup 50-75 cm.

Jenis Kolam
Dalam kaitannya dengan budidaya lele, ada beberapa jenis kolam yang dapat dibuat di lahan pekarangan yang pada dasarnya disesuaikan dengan penggunaan (fungsi) kolam dan sifat tanahnya, yaitu dapat menahan air dengan baik dan tidak merembes (tidak porous).
Kolam pemijahan khusus untuk lele dumbo
Untuk membudidayakan lere dumbo, diperrukan koram.pemijahan dan kolam penetasan telur yang juga berfungsi untuk kolam pendederan burayak. Kolam pemijahan dibuat di atas tanah, yaitu dasar kolam dan tanggul dari tanah. Namun, bila tanah pekarangan bersifat merembeskan air sebaiknya kolam dilapisi dengan lembaran plastik hingga menutupi tanggulnya. Kolam dapat berbentuk segi empat maupun bulat, kedalaman sebaiknya 1 m atau minimal 75 cm. sementara kedalaman air minimal 50 cm, mengingat lele dumbo yang memijah sering melompat saat berkejar-kejaran. Luas kolam pemijahan minimal 1 m x 2,5 m untuk 2 ekor betina dan seekor jantan atau ukuran 2 m x 3 m untuk mengawinkan 3 ekor betina dan 2 ekor jantan. Sebelum digunakan, kolam pemijahan disiapkan sehari sebelumnya, yaitu dibersihkan dahulu lalu di bagian dasar kolam diletakkan kakaban dari ijuk sebanyak 6-8 buah. setelah itu, kolam diairi sedaram 50 cm. Air tidak perlu mengalir, cukup tergenang saja.

Kolam penetasan telur dan pendederan
Kolam pendederan sekaligus juga berfungsi sebagai kolam penetasan telur. Kolam ini juga dibuat di lahan pekarangan dengan dilapisi prastik. Ukuran kolam disesuaikan dengan ukuran lembar plastik yang ada. Di pasaran terdapat lembar plastikselebar2 m (dilipat rangkap menjadi ukuran 1 m), ada pula yang selebar 3 m (dilipat rangkap menjadi 1,5 m). Lembar plastik itu hendaknya dapat menutupi pematang kiri maupun kanan dan dasar kolam tanpa sambungan agar tidak ada kebocoran. panjang kolam disesuaikan dengan panjang lahan pekarangan yang tersedia. Sebagai contoh, ukuran panjang kolam 2-6 m, lebar 1,5-2 m, dan kedalaman kolam 20-30 cm, dibuat berjajar dua supaya hanya ada satu tanggul pemisah di tengah. Konstruksi seperti ini dapat menghemat pembuatan tanggul. Dua buah kolam dengan ukuran tersebut cukup untuk menetaskan dan mendederkan benih dari sekali pemijahan dua ekor induk betina dan satu ekor induk jantan. Ketinggian tanggul untuk kolam pendederan cukup 20 cm dan lebarnya 5-10 cm (selebar satu bata/batako). Khusus kolam pendederan, berhubung dangkal maka perlu diberi atap dari plastik.dengan tiang dari bambu setinggi 1-1,5 m. Atap inicukup untuk melindungi kolam dari terik sinar matahari dan dari curahan air hujan agar air di kolam itu tidak meluap pada saat hujan deras.

Kolam pemeliharaan benih

Pemeliharaan benih selepas dari pendederan sebaiknya dilakukan di kolam dengan dasar tanah. Kolam tanah hanya dapat dibuat di lahan yangtanahnya dapat menahan air dengan baik. Pakan alami dapat ditumbuhkan dengan pemupukan sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan kolam berlapis plastik ataupun kolam semen ditanah yang bersifat rembes (porous). Pemeliharaan benih ini tidak hanya untuk lele dumbo, melainkan lele lokal juga.

Kolam pembesaran
Kolam untuk tujuan membesarkan benih menjadi lele konsumsi juga sebaiknya dibuat dengan dasar tanah, agar lebih ekonomis. Kolam pembesaran juga dapat berlanjut menjadi kolam pemeliharaan calon-calon induk sampai dapat dipijahkan. Apabila kolam pembesaran dan pemeliharaan induk dilakukan di kolam berlapis plastik dan/atau kolam semen maka tidak dapat dipupuk dan harus diberikan pakan pelet (pakan buatan) yang cukup banyak dan harganya cukup mahal sehingga tidak ekonomis.

Pengairan
Sumber air untuk kolam pekarangan bisa berupa air dari sumur pompa (bila ukuran kolam tidakterlalu luas)atau airdarisungaimaupun irigasi. pada daerah panas (banyak terik matahari), ketinggian air kolam minimal 75 cm, sedangkan didaerah dingin cukup 50 cm. Bila terpaksa menggunakan kolam berisi air comberan, tentu ada risikonya karena air comberan menampung banyak kotoran yang membusu k. OIeh karena itu, penggu naa n air comberan cenderung tidak dianjurkan karena kemungkinan mengandung endapan racun yang berasal dari sabun atau deterjen. Air kolam untuk pemeliharaan lele tidak harus mengalir. Air yang selalu tergenang pun masih dapatdigunakan untuk memelihara lele, hanya sesekali saja air itu perlu ditambah atau diganti sebagian. selama pemeliharaan dua minggu, air di dalam kolam tidak perlu diganti, hanya perlu ditambah air sedikit bila dirasa air berkurang akibat penguapan. Di berbagai kolam pekarangan, dapat dipelihara lele dalam kepadatan yang cukup tinggi (5-10 ekor/m2) sehingga sangat efisien dalam penggunaan lahan. Namun, jika kepadatan lele makin tinggi maka air harus makin sering diganti atau kolam perlu dialiri air baru. Hal ini dimaksudkan untuk membuang kotoran yang ada sebab bila tingkat kepadatan lele cukup tinggi tentu banyak kotoran maupun sisa-sisa pakan yang terdapat di kolam. Kotoran iniakan membusuk kemudian menjadi gas yang terlarut dalam air dan berbahaya bagi pertumbuhan lele, misalnya amonia, nitrat, dan nitrit. Apabila kadar gas-gas tersebut makin banyak maka lele menjadi stres, nafsu makannya kurang, dan mudah terserang penyakit sehingga pertumbuhannya lambat.

Pemupukan
Pakan lele yang dipelihara di kolam pekarangan harus diatur agar biayanya dapat semurah mungkin. Caranya yaitu dengan pemupukan untuk memperbanyak pakan alami. Pemupukan hanya boleh dilakukan pada kolam tanah. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang maupun pupuk hijau beftujuan untuk memperbanyak pakan arami. pupuk jenis ini merupakan pupu k organik ya ng akan merangsang pertumbuhan binatang-binatang renik di dasa' maupun di air totur. Binatang renik pakan lele berupa cacing, siput kecil, kutu air, jentik-jentik nyamuk dan serangga lainnya. Pupuk kandang yang sering igrnutun berasaldari kotoran ayam, sapi, kambing, atau kuda. Meskipun hanya dari pemupukan saja, tetapi kebutuhan pakan lele dapat terpenuhi dan telah memungkinkan lele untuk berproduksi.Dengan penggunaan pupuk ini, petani pada umumnya telah mampu memproduksi lele dengan biaya yang murah.

Pemberian pupuk kandang
Pupuk kandang yang digunakan sebanyak 1 karung, kira-kira 50 kg. Pupuk sebanyak ini digunakan untuk sekari pemupukan pada koram seruas 100 m2' Satu kali pemupukan awal ini cukup untuk pemeliharaan selama l bulan. Bila waktu pemeriharaannya melebihi 1 bulan maka peru dilakukan pemupukan ulangan. pemupukan ulangan diberikan setiap 2 minggu sekali sebanyak 05 karung setiap kali pemberian per 100 m2 kolam.

Pemberian pupuk hijau
Pupuk hijau ataupun jerami padi dibenamkan ke dalam lumpur kolam sebelum kolam diairi. Pupuk hijau yang diperlukan sebanyak 2_3 pikul untuk memupuk 100 m2 koram. Daun yang membusukakan menarik banyak serangga air bertelur dan jentik-jentiknya menjadi pakan lele. pembusukan daun-daun itu juga menambah unsur hara dan meningkatkan kesuburan kolam.

Pemberian kompos
Apabila digunakan kompos maka dosis dan cara penggunaannya sama seperti pupuk kandang. 

Pupuk kimia (anorganik)
Pupuk buatan, seperti urea dan TSP, dapat digunakan untuk memupuk kolam pemeliharaan lele, tetapi pengaruhnya tidak langsung. pupuk urea dan TSP akan larut dalam air lebih dahulu kemudian mendorong pertumbuhan fitoplankton atau ganggang hijau dan selanjutnya menjadi makanan zooplankton dan larva serangga yang dimakan oleh lele. Jadi, meskipun dapat digunakan, tetapi pemupukan dengan pupuk buatan kurang efisien karena pengaruhnya tidak langsung.

Pembenihan Sistem Blitar


Pada tahun 1980, seorang petani yang kreatif dengan daya ciptanya dapat menemukan cara tersendiri sehingga teknologi budi daya dapat ditingkatkan. Petani di Blitar (Jawa Timur) bernama Machfud Effendi, telah dikenal di kalangan para peternak lele karena ia telah membuat suatu model kolam pembenihan lele yang bentuk dan susunannya khas. Kolam itu dibuat di pekarangannya. Bentuk kolam kreasi petani inidikenal sebagai "kolam pembenihan lele sistem blitar". Secara rinci, kolam pembenihan diterangkan seperti berikut.

Kolam pemeliharaan induk/tempat pemijahan

Pembenihan lele lokal sistem blitar, yaitu kolam tempat pemeliharaan induk sekaligus juga berfungsi sebagai kolam pemijahan. Di sekeliling tepi kolam pemeliharaan induk tersebut dibuat kotak-kotak tempat pemijahan

Bentuk dan luas kolam pemeliharaan induk dan pemijahan ini pada umumnya tergantung pada luas tanah pekarangan yang dimiliki ataupun menurut selera petani. Kolam ini sebaiknya dibuat di pekarangan yang dekat dengan rumah agar mudah dikontrol demi pengamanannya. Bentukkolam sebaiknya empat persegi panjang atau bujur sangkar. Luas kolam disesuaikan dengan selera petani, misalnya 2 m x 3 m sampai 5 m x 10 m. Namun, kedalamannya disarankan tidak kurang dari 1 m. 
Kolam pemijahan inisebaiknya memperoleh air irigasiyang terhindar dari pencemaran maupun air buangan dari industriipabrik. Apabila dasar dan dinding kolam disemen maka sebaiknya dasar kolam diberi lapisan pasir dicampur tanah liat setebal 10 cm saja supaya tercipta suasana yang alamiah bagi lele. Supaya lele tidak mudah merayap ke luar kolam diwaktu hujan maka pada bibir kolam dipasangi dinding dari plastik atau kawat kasa selebar 15 cm. Pipa untuk memasukkan air ke dalam kolam dapat dibuat dari pipa paralon atau bambu yang dipasang agak tinggi sehingga jatuhnya air ke dalam kolam sedikit terjal sehingga pelarutan udara ke dalam air cukup baik dan memberi kesegaran bagi ikan-ikan. Untuk mengeluarkan air dari kolam, dibuat pintu air berbentuk monik.


Pintu pembuangan air dapat juga dibuat dari pipa-pipa paralon saja sehingga biayanya menjadi lebih murah. Pintu pembuangan ini berupa pipa tegak di sebelah dalam kolam, berfungsi untuk mengontrol kedalaman air. Pipa yang di luar kolam dapat dilepas sehingga berguna untuk menguras atau mengeringkan kolam secara total. Apabila tanahnya tidak porous dan tidak mudah bocor maka kolam induk dan pemijahan inijuga dapat dibuat dari tanah saja, tanpa disemen. Kotak-kotak pemijahannya juga dapat dibuat dari belahan bambu yang disusun sebagai kotak dan dipasang di tepi kolam.

Kotak pemijahan

Di sekeliling tepi kolam pemeliharaan induk dibuat kotak-kotak tempat lele memijah dan meletakkan telurnya. Ukuran kotak pemijahan tersebut adalah lebar 50 cm, panjang 50 cm, dan kedalaman 60 cm. Kotak-kotak tersebut dibuat dari semen bila kolamnya disemen atau dapat pula dari bambu jika kolamnya berupa kolam tanah. Pada dinding kotak yang menghadap ke dalam kolam induk itu dibuat 2 buah lubang dengan garis tengah '15 cm.Jarak kedua lubang itu 15 cm. Lubang itu sebagaijalan masuk ke dalam kotak bagi lele yang akan memijah. Pada dinding belakang, yakni yang menghadap ke luar kolam, dibuat pula sebuah atau dua buah lubang yang terletak di bagian dasar kotak itu. Tujuannya untuk memudahkan pengeringan dan memanen benih-benih lele. Lubang itu dapat disumbat dan dengan mudah dapat dibuka kembali.
Di dinding atas kotak itu diberi tutup dari kayu dan dapat dibuka jika ruangan dalam kotak hendak dibersihkan. Pada tutup itu diberi beberapa lubang agar suasana di dalam kotak tidak terlalu gelap dan masih ada kesegaran udara (tidak pengap). Jarak antara kotak pemijahan dibuat 75-100 cm sehingga induk-induk lele yang memijah tidak terganggu oleh lele lain yang kebetulan memijah dalam kotak di sebelahnya. Letak kotak-kotak pemijahan itu ada di bagian atas kolam, di dekat bibir tepi kolam, sedemikian rupa sehingga kedalaman air di dalam kotak-kotak itu hanya 30 cm. 

Dengan adanya kotak-kotak pemijahan diharapkan lele dapat memijah dan mengasuh anak-anaknya dalam suasana aman dan tenang. Selain itu, peternak juga menjadi mudah mengawasinya. Dasar kotak pemijahan perlu diberi alas berupa pasir yang bersih dari lumpur, tetapi lembut dan bersih. Alas ini dapat juga diberi sedikit ijuk (yang sudah dicuci dan dikeringkan) sebagai tempat melekatnya telur. Kebersihan itu perlu agar telur tidak mudah terkena jamur dan bakteri. Biaya pembuatan bak pemijahan dari semen tentu cukup besar. Konstruksi yang lebih sederhana serta murah biayanya telah dicoba di Balai Benih lkan di Sebulu, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur pada tahun 1983. Uji coba bak pemijahan ini dimaksudkan sebagai percontohan bagi petani kecil agar dapat membuatnya dari bambu yang mudah diperoleh di perkampungan. 

Cara membuat kotak-kotak pemijahan dari bambu yaitu dengan menancapkan cerucuk bambu (bambu belah) berderet tegak di sepanjang pematang (dinding kolam di bagian atas). Di beberapa tempat pada tanggul kolam dibentuk rongga-rongga. Rongga itu berbentuk kotak segi empat dengan ukuran panjang 50 cm, rebar 50 cm, dan tinggi 60 cm. Kotak-kotak itu sebagai dindingnya juga diberi cerucuk bambu supaya tanahnya tidak mudah longsor. Rongga-rongga itu dibuat berderet sepanjang tepi kolam dengan jarak 75-1oo cm. Bagian depan kotak diberi Iubang sebagai pintu masuk bagi lele yang hendak berterur di situ. Bagian atas rongga atau kotak sarang itu juga diberi tutup yang terbuat dari kayu yang mudah dibuka. Tutup kayu itu gunanya untuk memudahkan pengambiran benih pada saat pemanenan. Di daram rongga atau kotak buatan dari bambu itu, ternyata lele juga mau bertelur.

Pengaturan air kolam pemeliharaan induk/pemijahan

Di alam bebas maupun di daram koram, rere tahan.terhadap faktor lingkungan yang tidakterraru baik. Meskipun reretahan terhadap ringkungan comberan, tetapi agar hasil benihnya baik maka tempat pemijahannya memerlukan kondisi air yang segar dan bersih, mengandung cukup oksigen, dan tidak mengandung bahan pencemar. Kolam yang dibuat di pekarangan biasanya akan menerima air limbah dari rumah yang tidak mustahil mengandung sabun dan deterjen. Ini jelas sangat berbahaya untuk ikan. Air PAM (Perusahaan Air Minum)juga kurang baik untuk kolam pemijahan karena mengandung kaporit. 

Air kolam pemijahan lele sebaiknya diperoleh dari saluran irigasi yang bebas pencemaran limbah industri. Air sungai yang keruh karena bahan tanah yang tererosi (berwarna cokelat muda) harus disaring dengan saringan pasir atau diendapkan selama 2 hari di dalam bak pengendapan sebelum air itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan lele. Apabila digunakan air sumur maka air sumur itu perlu diukur pH-nya sebab kerap kali air sumur bersifat asam (pH rendah). Air asam ini perlu dibubuhi kapur tohor. Kapur tohor sebanyak 2-3 g per m3 atau 3 ppm cukup untuk menaikkan pH menjadi 7,0-7,5. Air dengan pH seperti itu cukup baik untuk mengairi bak pemijahan lele. Kolam tempat pemijahan dan pemeliharaan induk yang telah dipersiapkan dengan baikdapatdiisiairsetinggi kira-kira 80 cm hingga kotak tempat pemijahannya terendam air setinggi 3/4bagian saja. Jumlah induk lele (jantan maupun betina)yang dipelihara di kolam disesuaikan dengan jumlah kotak pemijahan yang dibuat. Sebaiknya jumlah induk jantan sama dengan jumlah kotak pemijahan, sedangkan jumlah betina 1,5 kali jumlah jantannya. Apabila jumlah kotak 6 buah maka induk jantan yang dipelihara sejumlah 6 ekor dan induk betinanya 9 ekor.

Pengelolaan kolam pemeliharaan induk/pemijahan

lnduk lele biasanya bertelur pada awal musim hujan. Namun,lele dapat saja memijah setiap waktu asalkan sudah dapat hamil tua. lnduk lele dapat mencapai kehamilan (telur di dalam indung telurnya berkembang) bila induk lele itu mendapat cukup pakan yang banyak mengandung protein dan vitamin yang diperlukan. Sebaiknya induk lele diberi pakan pelet yang dapat dibeli di toko, secara rutin setiap hari, sebanyak2-3o/o dari bobot seluruh lele yang dipelihara. Kadang-kadang lele perlu diberi pelet yang telah dilumuri minyak ikan kemudian diangin-anginkan agar kering dan lengket. Minyak ikan akan mempercepat perkembangan telur. lnduk lele yang diberi pakan bermutu baik biasanya dapat memijah setiap 2-3 bulan sekali. 

Bila telur di dalam perut induk telah berkembang dan matang tentu induk lele itu akan berpasangan dan mulai menggunakan kotak pemijahan. lnduk lele akan kawin dan meletakkan telurnya. Setelah bertelur, keesokan harinya air kolam beibau anyir dan induk lele terlihat berada di depan kotaknya untuk menjaga telurnya itu. Kegiatan menjaga telur ini dilakukan oleh induk betina saja, sedangkan induk jantan akan meninggalkannya.
Lamanya induk betina menungguitelur biasanya seminggu sampai anak-anaknya dapat keluar dari sarang (kotak) tersebut. Sebelum keluar dari sarang, burayak sebaiknya segera diambil (dipanen) saja untuk dipelihara di dalam bak pendederan agar tidak dimakan oleh lele yang lain. Air kolam pemijahan itu sekali-sekali harus dialiri dengan air baru yang segar, tetapi tidak perlu terlalu deras. Meskipun demikian, ketinggian air harus selalu cukup dan kedalamannya tidak berubah. Apabila dikehendakiagar lele cepat memijah maka aliran air perlu dideraskan selama seharian suntuk air keluar masuk. Biasanya aliran air yang deras tersebut akan merangsang induk untuk segera memijah.


Pemeliharaan lnduk Lele


Pemeliharaan calon induk sangat perlu diperhatikan karena hanya dari induk yang baik dapat diperoleh benih yang baik kuaritas maupun kuantitasnya. Manajemen (pemeliharaan dan perawatan) induk dan calon induk lele haruslah ditujukan agar induk-induk lele itu selalu dalam keadaan sehat, pertumbuhannya cepat, dan daya vitalitasnya tinggi sehingga dapat menghasilkan jumlah telur yang banyak dan keturunan yang sehat. Untuk tujuan tersebut, air kolam diatur agar sering berganti, walaupun air pemasukan tidak terlalu deras. 

Debit air 5-6 liter per menit untuk kolam seluas 100 m2 sudah memadai untuk menyegarkan lingkungan hidup leleSelain itu, induk lele juga diberi pakan yang bermutu baikdan daram jumlah yang cukup. Karena induk lele memerlukan pakan berkadar protein tinggi untuk pembentukan telurnya maka pakan alami saja diperkirakan tidak cukup dan harus diberi pakan tambahan yang kaya protein hewani. Ada pakan buatan pabrik berupa pelet yang khusus untuk induk. Pakan ini mengandung kadar protein 400/o dilengkapidengan asam lemak esensial (asal dari minyak ikan) dan vitamin-vitamin yang menyuburkan perkembangan telurnya, yaknivitamin E, D, B kompleks, dan C. Pelet untuk induk harganya memang mahal sehingga pemberiannya cukup sebagai pelengkap saja, yaitu seminggu sekali sebanyak 5olo dari berat seluruh ikan yang dipelihara itu. Sementara dalam kesehariannya, induk diberi pakan tambahan berupa cacahan siput air (siput murbei, siput sawah), keong racun (bekicot), ataupun sisa-sisa hewan ternak yang dipotong, misalnya bagian usus hewan potong yang biasanya dibuang saja. Bahkan, bangkai ayam pun dapat diberikan kepada lele. 

Calon induk dan induk lele yang diberi pakan berkualitas baik menunjukkan peningkatan berat badan (gemuk), pertumbuhannya relatif seragam, kemampuan memijah (bertelur) lebih sering, jumlah telur banya(
dan daya tetas telur tinggi. Sepasang induk lele yang diberi pakan berkualitas baik dapat memijah hanya dalam selang waktu 3-4 minggu. Lele mulai dapat bertelur setelah berat badannya mencapai 200 g. Jumlah telur yang dihasilkan oleh lele lokal dengan berat tersebut sekitar 3.000-4.000 butir. Semakin berat bobot induk lele maka semakin banyak telur yang dihasilkan. Namun, tidak diperoleh data mengenai umur maksimum lele dapat bertelur dan berat badan maksimum yang dapat dicapai.

Pembenihan Lele Lokal


Secara alamiah, lele lokal berkembang biak dengan meletakkan telurnya di dalam sarang berupa lubang yang
dibuat oleh lele itu sendiri pada dinding pematang sawah, baglan tepi sungai, atau rawa-rawa. Kerap kali sarang lele ditemukan di bawah rumpun tumbuh- tumbuhan air yang tenang dan terlindung. Cara alamiah itu ditiru oleh petani dengan menciptakan kondisi lingkungan yang cocok sebagai tempat memijah/bertelur lele.


Petani menyediakan tempat bersarang lele di dalam kolam pemeliharaan induk lele. Tempat bersarang itu berupa kotak-kotak kayu atau pipa-pipa bambu, paralon atau pipa (buis) dari tanah liat atau semen yang ditenggelamkan ke dasar kolam agar induk lele memijah didalam rongga pipa-pipa atau tabung itu. Dengan akal lebih lanjut, petani mengatur bentuk dan letak kotak-kotak tempat bersarang lele sedemikian rupa agar proses pemijahan mudah dikontrol dan pemungutan hasil benihnya menjadi mudah.

Pembuahan telur melalui pengurutan (stripping)


Alternatif lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikkan dan induk siap memijah, di saat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan dalam suatu wadah agar terjadi pembuahan (fertilisasi) telur- telur tersebut secara buatan di dalam baskom. Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya lebih banyak karena segalanya lebih terkontrol. Namun, proses ini memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik. 

Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain sepefti berikut;

  • Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah).
  • Jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.
  • Dapat dilakukan pengaturan waktu, misalnya waktu pengurutan,waktu mendapatkan burayak, dan pengaturan waktu lainnya. 

Telur dalam wadah yang telah dibuahi lalu ditetaskan di dalam hapa dengan dialiriair bersih terus-menerus sampai 2 minggu lamanya dengan diberi pakan zooplankton dan serbuk pakan yang mencukupi.

Cara mengeluarkan telur

Setelah disuntik dengan hormon Ovaprim atau hormon dari hipofisa, induk jantan maupun induk betina dipisahkan, masing-masing diletakkan didalam hapa yang telah dipasang di kolam yang airnya jernih dan tenang. Sekitar sepuluh jam setelah disuntik diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk lele tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya adalah sebagai berikut.

  • lnduk lele ditangkap menggunakan serok. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit ke arah dubur.
  • Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina
  • itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dadanya ke arah dubur. Telur yang keluar ditampung dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.
  • Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk lele tersebut dikembalikan ke dalam hapa penampungan lagi. Selanjutnya, perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit, barang kalitelur sudah siap dikeluarkan. 
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai berikut.
  • Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu diurut. 
  • Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan.
  •  Apabila telur masih sulit keluar waktu diurut maka pengurutan harus dihentikan. lnduk tersebut dikembalikan ke dalam hapa untuk ditunggu 3-5 jam kemudian, dicoba lagi pengurutan. Biasanya telur akan berhasil keluar dengan lancar.
  • Apabila saat diurut telur keluar bercampurdarah, sebaiknya pengurutan dihentikan saja. lnduk lele tersebut dipelihara l6bih lanjut di dalam kolam.
  • Sementara pengurutan induk betina dilakukan untuk mengeluarkan telur, orang (teknisi) lainnya menyiapkan induk jantan untuk diambil spermanya.

Cara mengeluarkan sperma

Sperma lele dumbo tidak dapat dikeluarkan dengan cara pengurutan, melainkan harus dibedah. Jadi induk jantan harus dimatikan. Berikut ini adalah cara mengeluarkan sperma.
  • lnduk jantan dibelah perutnya lalu seluruh kantung sperma diambil. 
  • Kantung sperma dipotong dengan gunting yang bersih, kemudian dicampur dengan 100-200 ml larutan garam fisiologis (larutan NaCl 770). Katung sperma tersebut dijepit dengan pinset (atau dengan jari tangan yang bersih), lalu diremas-remas agar sel-sel sperma keluar ke dalam larutan NaCl tersebut. Tidak ada ketentuan khusus tentang banyaknya larutan garam fisiologis yang digunakan untuk mencampur sperma. Namun, umumnya setengah gelas (100 ml) cukup untuk kantung sperma dari seekor lele jantan. Hal yang perlu diketahui bahwa manfaat larutan garam 7o/o adalah 1) untuk mengencerkan sperma agar telur yang akan terbuahi semakin banyak dan 2) untuk memperpanjang umur sperma setelah keluar dari kantung sperma. Jika di dalam air tanpa garam NaCl, sperma lele hanya tahan hidup sekitar 3 menit, sedangkan di dalam larutan garam tersebut, dapat hidup sampai60 menit.

Cara melakukan pembuahan

Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan. Caranya sebagai berikut.
  • Telur ditampung dalam baskom. Sperma di dalam cawan tadi dituangkan ke dalam telur lalu diaduk menggunakan bulu ayam yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan sebelumnya
  • Campuran telur dan sperma tersebut diaduk selama 2-3 detik lalu dituangi air bersih (air sumur atau air dari mata air) sebanyak 1-2 liter, Penuangan air ini dilakukan secara perlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut pengalaman, saat ini semua telur telah terbuahioleh sperma. 
  • Telur dicuci atau dibilas dengan air bersih lebih banyak lagi agar sperma yang tersisa dapat terbuang karena sperma adalah protein yang mudah membusuk yang dapat berakibat buruk bagi telur.
  • Selanjutnya, telur yang telah terbuahi itu ditebarkan dalam suatu tempat penetasan yang berbentuk nampan dari kain kelambu atau kain jaring yang diapungkan di dalam bak berisi air bersih dengan aliran air jernih perlahan-lahan.
  • Telur akan menetas dalam waktu 36-40 jam pada suhu air 26-28'C. Telur yang tidak terbuahi atau mati akan menjadi berwarna putih dan akhirnya ditumbuhijamur. Oleh karena itu, telur yang menjadi putih harus segera dibuang.

Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon


Pemijahan secara alami

Setelah disuntik hormon, induk-induk betina dilepaskan ke dalam kolam pemijahan yang telah disiapkan sebelumnya. Selang satu jam setelah penyuntikan induk betina, induk jantan barulah disuntik dengan hormon yang telah disiapkan (cara penyiapan sama seperti untuk penyuntikan induk betina). Selang waktu itu diberikan karena reaksi terhadap hormon pada induk jantan lebih cepat daripada induk betina. Dengan demikian, induk betina dan induk jantan akan memijah bersamaan. Kolam pemijahan untuk sepasang induk sebaiknya berukuran minimum 6 m2 atau 2 x 3 m. 

Kolam dapat berupa kolam tanah atau kolam semen dengan kedalaman air tak kurang dari 75 cm. Bila kolam pemijahan terlalu sempit, induk betina dapat menderita luka-luka karena perilaku pejantan yang terlalu kuat/ganas. Setelah mendapatsuntikan hormon, indukjantan dimasukkan ke dalam kolam pemijahan bercampur dengan induk betina yang telah disuntik lebih
dahulu dan sudah berada di kolam tersebut. Menurut pengalaman para petani, induk lele biasanya disuntik pada pukul 15.00. Pada malam hari sekitar pukul 1 9.00, induk lele sudah mulai berkejaran tanda hendak memijah (kawin). Sekitar pukul 24.00, bila dilihat dengan lampu senter, induk sudah tenang kembali pertanda pemUahan sudah selesai. Saat itu telur-telur ikan terlihat banyak sekali melekat pada kakaban.

Keesokan harinya, antara pukul 08.00-09.00, tampak telur-telur melekat berserakan pada kakaban. Telur yang dibuahi berbentuk bulat dan jernih berwarna abu-abu sedikit kekuningan. Bila telur tidak terbuahi, akan
ben',rarna putih dan akan ditumbu hi jamur atau dima kan bakteri. Terur yang mati tersebut sedapat mungkin ibuang agar tidak menulari telur yang baik. Kakaban yang telah dilekati telur dipindahkan ke dalam kolam/bak penetasan yang telah dibersihkan dan diisi air sedalam 20-30 cm. Kolam penetasan diberi atap dari plastik yang tembus cahaya agar tidak terkena hujan maupun panas matahari langsung. 

Kolam penetasan juga berlanjut menjadi kolam pendederan sampai burayak berumur 12-'15 hari. Setelah 35-40 jam, telur lele akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban dikeluarkan dari dalam kolam penetasan untuk dicuci, raru dijemur agar dapat digunakan lagi. Anak lele yang baru menetas (burayak) masih membawa kantung kuning telur dan gerak renangnya masih lambat. Kadang kala katak juga bertelur di dalam kolam penetasan tersebut sehingga telur-telur katak harus segera dibuang secapat mungkin sebelum menetas agar berudunya tidak mengganggu burayak lele. Supaya katak yang dapat memangsa burayak lele tersebut tidak dapat masuk ke dalam kolam penetasan maka kolam/bak harus diberi penutup dari kawat anyaman kandang ayam. 

Pada hari ke-2 setelah menetas, burayak lele mulai makan sehingga harus diberi pakan berupa kutu air yang kecil (Rotifera, Daphnia, dsb). Hari ke-4 mulai diberi cacing sutera. Sebagai tambahan, dapat juga diberi
tepung ikan yang disaring lembut. Pemberiannya sedikit saja dengan cara dipercikkan di beberapa tempat. Pemberian tepung ikan jangan berlebihan karena sisa yang tidak termakan dapat membusuk. Burayak hasil penetasan telur dipelihara lebih lanjut, tetap di dalam kolam penetasan, hingga berumur 12-15 hari. Sampai umur 2 minggu, air tidak perlu diganti, cukup ditambah sedikit saja bila banyak penguapan. Pada umur itu, burayak sudah siap untuk dijual atau dipelihara di dalam kolam pembenihan yang lebih besar.

Penyuntikan Hormon Buatan


Hormon sintetis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko suplai obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk seekor induk lele yang beratnya 1 kg. lnduk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon Ovaprim 0,15-0,25 ml saja. Penyuntikan menggunakan hormon Ovaprim lebih praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal disuntikkan saja. Hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan dalam tempat teduh (suhu kamar), tidak perlu di dalam lemari es. Dalam ruang teduh ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan. Menurut pengalaman, reaksi hormon Ovaprim cukup efektif seperti halnya hormon alamidari kelenjar hipofisa. Urutan pekerjaan pemijahan lele dumbo dengan hormon buatan adalah sebagai berikut.

Siapkan kolam pemijahan

  • Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.
  • Cuci dan jemur kakaban dengan jumrah cukup menutupi 75o/o dasar kolam.
  • Pada siang hari, pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakkan kakabar itu 5-10 cm di atas dasar kolam. Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya. Di atasn ya juga ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.
  • Menjelang dilakukan penyuntikan, koram tersebut diisi air sampai kakaban tdrendam air 5 cm.

Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah.

  • Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.
  • Pilih induk betina yang matang terur, perutnya besar dan runak, tetapi kalau diurut tidak dapat keluar telurnya.
  • Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari arat keraminnya (perut tetap rangsing) karau diurut juga tidak dapat mengeluarkan air mani. oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.
  • Pisahkan induk jantan dan betina di daram wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu saat disuntik.

Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikkan

Gunakan injeksi spuit yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.

Timbang induk betina dan tentukan dosis Ovaprim

  • lnduk yang beratnya sekitar 1 kg, dosis hormon Ovaprim 0,3-0,5 cc. Bila beratnya 0,5 kg maka dosis yang diperlukan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc (sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).
  • Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml. Setelah itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aquadest atau larutan garam flsiologis 0,7o/o sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.

Cara menyuntik

  • Seorang pembantu memegang iken lele yang hendak disuntik (ikan betina lebih dahulu) dengan satu tangan, menggunakan handuk untuk menutup dan memegang kepala ikan dan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakkan ikan tersebut (sambil terus dipegang) di atas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas handuk/lap bersih.
  • Seorang lainnya menyuntikkan hormon yang sudah disiapkan ke dalam daging lele di bagian punggung, sebanyak setengah dosis di sebelah kiri sirip punggung dan setengah dosis lagi di sebelah kanan.
  • Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut, lalu bekat suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.
  • Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Siapkan kolam penetasan telur

  • Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2. Beberapa hari sebelumnya, kolam ini sudah dikeringkan/ dijemur dan dibersihkan dari segala hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum digunakan.
  • Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik ukuran lebar 2-3 m dan panjang 8-10 m. Kolam tersebut cukup untuk 4 buah kakaban. Selama 2 hari sebelum dlgunakan, kolam telah dibersihkan, lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air langsung dari sungai kurang baik untuk penetasan telut karena menularkan jamur dan bakteri yang menyerang telur.
Pengalaman dari seorang peternak lele, air untuk pembenihan disediakan dari sumur bor yang disimpan di dalam tandon besar (3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar (tanpa iodium) sebanyak 100 gram setiap 1 m3 air, lalu diaduk dan diendapkan. Air tandon tersebut siap pakai untuk penetasan telur dan pendederan benih.Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetasan dan pemeliharaan benih lancar serta tak
pernah menderita kematian karena jamur dan bakteri.